Berita Pasti – Gunung Marapi yang terletak di Provinsi Sumatera Barat kembali menunjukkan aktivitas vulkanik tinggi. Letusan terjadi pada Selasa pagi, 16 Juli 2025, sekitar pukul 07.20 WIB, dengan kolom abu terpantau membumbung setinggi lebih dari 1.200 meter di atas puncak. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mencatat aktivitas ini sebagai letusan freatik yang bersifat eksplosif namun belum menunjukkan adanya suplai magma baru ke permukaan.
Semburan Abu Capai Pemukiman
Letusan kali ini menyebabkan hujan abu tipis di beberapa wilayah di sekitar lereng, termasuk Kabupaten Agam dan sebagian Kota Bukittinggi. Masyarakat diimbau untuk tetap mengenakan masker dan kacamata pelindung jika beraktivitas di luar ruangan, guna menghindari gangguan pernapasan akibat partikel abu vulkanik.
Pihak Bandara Internasional Minangkabau dilaporkan belum terpengaruh secara operasional, namun pihak otoritas penerbangan tetap siaga terhadap kemungkinan perubahan arah angin yang dapat mengganggu lalu lintas udara.
Status Tetap Waspada, Radius Bahaya Diperluas
Hingga berita ini diturunkan, PVMBG menetapkan status Gunung Marapi masih berada di Level II atau Waspada. Namun, radius bahaya diperluas menjadi 3 kilometer dari kawah aktif. Warga, pendaki, dan wisatawan dilarang melakukan aktivitas apa pun dalam radius tersebut.
BPBD Sumatera Barat bersama tim relawan dan TNI-Polri telah siaga di titik-titik evakuasi untuk mengantisipasi skenario letusan lanjutan. Petugas juga melakukan patroli ke jalur pendakian ilegal yang masih sering digunakan oleh warga maupun wisatawan.
Marapi Masih Berpotensi Erupsi Susulan
Menurut laporan PVMBG, Gunung Marapi masih berpotensi mengalami erupsi susulan, meskipun berskala kecil. Seismograf mencatat gempa vulkanik dangkal dan tremor harmonik meningkat selama dua hari terakhir, menandakan adanya tekanan dari dalam tubuh gunung.
Warga sekitar diimbau untuk tetap tenang, mengikuti informasi dari sumber resmi, dan tidak mudah percaya pada hoaks yang beredar di media sosial. Pemerintah daerah telah menyiapkan skenario evakuasi lanjutan apabila aktivitas vulkanik meningkat secara signifikan.
Masyarakat yang bermukim di sekitaran sungai-sungai di kaki gunung pun juga dihimbau agar waspada terhadap bahaya banjir lahar.